Jumat, 17 Oktober 2014

PENGERTIAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

I. Pengertian Individu, Keluarga dan Masyarakat

1) Pengertian Individu

Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen.

Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.

1. Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama

2. Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan

3. Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.

4. Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok social yang sering disebut masyarakat

2) Pengertian Keluarga 
 
Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. 
Menurut Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Lain halnya Adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu dibangun berdasarkan pda hasrat atau nafsu berkuasa.

Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik , ekonomi dan keluarga.

Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itub untuk memuliakan masing-masing anggotanya.

3) Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaulyang istilah ilmiahnya berinteraksi.

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.

Ada beberapa pengertian masyarakat :

a. Menurut Selo Sumarjan (1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan

b. Menurut Koentjaraningrat (1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

c. Menurut Ralph Linton (1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

d. Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi

e. Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.

f. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut

Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas.

II. Fungsi Keluarga Dalam Masyarakat

Keluarga merupakan suatu wadah dimana orang-orang berkumpul dan membentuk suatu kesatuan , keluarga sebagai tempat orang-orang bisa bercerita, bercanda, dan melakukan aksi-aksi sosial lainnya. Biasanya kita mengenal keluarga sebagai saudara yang terikat secara lahiriah dan batiniah, seperti contoh : ayah, ibu, dan anak. Mereka disebut keluarga terikat secara lahiriah dan batiniah. Akan tetapi, dalam suatu masyarakat, keluarga memiliki peranan penting, mereka berkumpul dan membentuk suatu kelompok/komunitas yang akhirnya mereka anggap sebagai keluarga.

Keluarga juga merupakan suatu komunitas kecil sebelum menjadi masyarakat. Mereka dapat berkembang atau menghasilkan keturunan secara terus-menerus sehingga membentuk keluarga besar. Di Indonesia dikenal dengan penduduk yang ramah tamah dan memiliki sikap kekeluargaan yang kuat, gotong royong serta kepedulian terhadap sesama bangsa Indonesiadari Sabang sampai Merauke, dalam arti khusus keluarga dapat diartikan untuk membantu satu sama lainnya, tidak memiliki sikap ego, pelit, dan sombong, berarti keluarga bukan hanya diartikan sebagai satu perkumpulan kecil anggota masyarakat tetapi dapat diartikan sebagai sikap toleransi dan menjunjung tinggi kebersamaan yang kuat.

- Peranan keluarga dalam masyarakat Indonesia.

Dalam suatu wadah kecil dimana orang-orang dapat berkumpul dan berbagi cerita, keluarga memiliki peranan yang sangat kuat dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia sendiri. Kenapa saya ingin membahasnya? jawaban yang paling tepat adalah karena sebagian besar warga Indonesia memiliki jiwa sosial dan gotong-royong yang kuat. Sebagai salah satu contohnya dalam merayakan hari raya Idul Fitri dimana orang-orang/para tetangga saling bermaaf-maafan dengan keliling kampung tanpa adanya perbedaan kasta. Tetapi mengapa di negara kita ini masih banyak diskriminasi dan perselisihan antar suku, agama, dll, walaupun negara kita disebut sebagai negara yang bermatabat tinggi dan memiliki etika yang kuat? Karena masih adanya oknum-oknum yang menuntut kebebasan dan rasa ketidakpuasaan terhadap keadaan negara kita ini, meskipun kita negara besar tetapi kita memiliki tingkat kemiskinan penduduk yang tinggi sehingga dapat menimbulkan perpecahan suku dan pertikaian yang terjadi, ada juga yang ingin merusak persaudaraan di negeri tercinta ini, Jadi dengan kelurgalah kita dapat merasakan gotong-royong dan kebersamaan yang kuat sehingga membentuk rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negara kita.

- Keluarga secara lahiriah dan batiniah.

Yang dimaksud keluarga secara lahiriah dan batiniah adalah kelurga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, mereka dsebut keluarga kecil dalam kehidupan rumah tangga, biasanya seorang ayah yang menjadi tulang punggung keluarga sedangkan ibu yang mengurusi anak-anaknya dari semenjak kecil sampai lanjut remaja.
Di dalam keluarga ini anak memiliki peranan sebagai penerus keluarga. seorang anak yang memiliki masa depan, dia harus melalui dunia pendidikan dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai Sekolah menengah atas, dan bisa saja sampai Tingkat perguruan tinggi.

Setiap orang tua memiliki harapan pada anak-anaknya agar menjadi orang yang sukses dan bermanfaat positif bagi masyarakat dan negara.

- Orang tua menjadi tolak ukur keberhasilan anak

Bisa diambil contoh, jika orang tuanya berhasil mendidik anaknya dengan baik otomatis si anak akan menjadi orang yang sukses, jika gagal maka si anak akan gagal pula sebagai penerus keluarga yang berhasil. Ada pepatah yang mengatakan buah akan jatuh tidah jauh dari pohonnya, hal ini dapat diartikan sifat seorang anak tidak jauh dari kedua orang tuanya (dari segi keturunan).

Hal ini dapat dirubah dengan orang tuannya harus mendidik anaknya untuk menghindari sifat buruk orang tuanya dan si anak menjadi anak yang memiliki kepribadaian yang kuat dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Ada berbagai cara mendidik anak salah satunya dengan cara yang otoriter, Jadi setiap kemauan orang tuanya harus dituruti oleh si anak, serasa tidak adil dan keras. Tetapi kebanyakan dari mereka menjadi depresi dan memilih untuk tinggal dengan dunia pergaulan bebas akibat keegoiaan orang tuannya. tidak jarang pula lari ke narkoba dan free sex. Jadi dapat disimpulkan setiap orang tua memiliki cara berbeda dalam mendidik anak-anaknya menjadi orang yang sukses.

- Happy family dalam masyarakat

Setiap orang memiliki suatu tujuan dalam berkeluarga. Mereka menginginkan keluarga yang bahagia khususnya masyarakat. Dalam hal ini keluarga bahagia bukanlah diukur dari materi/uang dengan harta yang berlimpah akan tetapi keluarga yang memiliki rasa kasih sayang terhadap seluruh lapisan anggota kelurga khususnya dari seorang ibu.

Sedangkan fungsi keluarga dalam masyarakat secara khusus antara lain:
- Menjaga keharmonisan antar sesama.
- Membuat stabilitas terhadap seluruh aspek kegiatan masyarakat.
- Menciptakan suasana kebersamaan yang kuat
- Membantu sesama bagi yang memiliki kesulitan
- Mengatur perekonomian dalam masyarakat.
- memecahkan masalah secara bersama-sama.


III. Urbanisasi yang Terjadi di Indonesia

Di Indonesia, gejala urbanisasi mulai tampak menonjol sejak tahun 1970-an, di saat pembangunan sedang digalakkan, ter-utama di kota-kota besar. Beberapa faktor disinyalir menjadi pendorong meningkatnya arus urbanisasi, di antaranya:
(1) perbedaan pertumbuhan dan ketidakmerataan fasilitas antara desa dengan kota dalam berbagai aspek kehidupan (Saefullah, 1994:35)
(2) semakin meluas dan membaiknya sarana dan prasarana transportasi
(3) pertumbuhan industri di kota-kota besar yang banyak membuka peluang kerja
(4) pembangunan pertanian, khususnya melalui paket program revolusi hijau (Hugo, 1975). Tetapi pada umumnya faktor ekonomi dianggap sebagai faktor  utama menjadi pendorong arus urbanisasi.
Berkaitan dengan faktor pembangun-an pertanian di atas, beberapa ahli melihat bahwa selama ini usaha pembangunan pede-saan yang diharapkan mampu membendung arus urbanisasi umumnya tidak terlalu ber-hasil dalam banyak hal, bahkan justru me-macu arus urbanisasi menjadi semakin besar. Beberapa peneliti seperti Collier (1974), Mantra (1980), dan White (1989) menemukan modernisasi pertanian di pede-saan Jawa ternyata merangsang gerak pen-duduk ke luar desa, terutama pada petani gurem dan buruh tani. Hal ini disebabkan pembangunan pertanian dengan teknologi yang lebih modern justru telah mening-katkan jumlah buruh tani yang tidak ber-tanah, sehingga mendorong terjadinya po-larisasi sosial. Collier (1974:12-30) berdalih revolusi hijau hanya membuka kesempatan yang lebih luas kepada petani yang berlahan luas dalam menerima teknologi, sehingga mereka sebagai kelas komersial menga-baikan loyalitasnya kepada petani miskin. Lambat laun masyarakat desa menjadi semakin terpolarisasi (Amaluddin, 1987:30).
Akibat yang muncul kemudian dengan terjadinya polarisasi tersebut adalah  banyak masyarakat pedesaan, baik dengan sukarela maupun terpaksa, keluar dari desa tempat kelahirannya dan pergi mengadu nasib mencari pekerjaan di kota karena semakin sempitnya lapangan kerja yang tersedia di desa. Beberapa peneliti seperti Mantra (1980) dan McGee (1982) menyatakan mobilitas penduduk merupakan salah satu strategi yang penting bagi rumah tangga pedesaan untuk mendapatkan dan menaikan penghasilan mereka. Hugo (1986) menyatakan motif migrasi, khususnya migrasi sirkuler dan migrasi pulang-balik adalah untuk meningkatkan pendapatan keluarga yang menetap di desa. Gejala ini menonjol terutama desa yang kurang maju atau desa di mana kesempatan kerja yang ada sangat terbatas. Dikatakan Effendi (1985) bahwa mobilitas penduduk berfungsi sebagai salah satu sarana penduduk desa untuk ikut menikmati buah pembangunan.
Urbanisasi sebagai gejala sosial, ekonomi, dan budaya ternyata menyajikan cerita yang menarik tidak saja menyangkut kota besar di mana para migran berdatang-an, namun juga menyangkut desa asal migran. Hal ini disebabkan oleh sikap kaum migran yang secara kultural masih tetap sebagai orang desa, walaupun mereka telah puluhan tahun hidup di kota. Anggapan dan sikap bahwa mereka hidup di kotakota, pada umumnya masih mengadakan hubungan, bahkan mengirimkan sebagian penghasilannya ke desa. Namun bila disi-mak lebih mendalam, keberadaan urbanisasi ternyata tidak selalu membawa akibat yang menguntungkan bagi warga pedesaan. hanya sementara waktu, tidak hanya ditunjukkan dalam hal kualitas tersebut, melainkan mereka juga membangun ekonomi desanya. Saefullah (1994) berdasarkan penelitian di Jawa Barat, menunjukkan kenyataan urbanisasi mempunyai andil yang cukup besar terhadap proses pembangunan baik di daerah asal maupun daerah tujuan. Orang-orang desa yang telah “berhasil” hidupnya di
Penelitian atau studi urbanisasi telah banyak dilakukan, yang umumnya lebih me-nyoroti pola adaptasi yang dilakukan para pendatang setibanya mereka di perkotaan; dan juga besarnya arus urbanisasi sebagai akibat kesenjangan kondisi sosial ekonomi yang cukup menonjol antara daerah pedesa-an dengan perkotaan. Kesenjangan yang ter-jadi antara daerah pedesaan dan perkotaan pada gilirannya mendorong penduduk pedesaan untuk mencari alternatif lain guna meningkatkan penghasilan atau menikmati fasilitas yang ada di daerah perkotaan.

IV. Contoh Urbanisasi

a) Contoh Urbanisasi yang Gagal

Seperti telah disebutkan bahwa urbanisasi yang tak merata meyebabkan banyak permasalahan di kota-kota besar. dari banyaknya permasalahan secara garis besar terdapat dua permasalahan umum, yaitu masalah sosial, dan permasalahan lingkungan. Dua permasalahan ini berkembang menjadi permasalahan-permasalahan lain yang lebih beragam, contohnya, dalam masalah sosial terdapat beberapa masalah semisal, kemiskinan, kriminalitas, disintegrasi sosial akibat perbedaan kultur dan agama, tingginya angka KDRT, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam permasalahan lingkungan dapat diambil contoh, banyaknya pemukiman liar, lautan sampah, banjir, kemacetan lalu lintas, tingginya polusi udara, hingga permasalahan kesehatan.

a) Contoh Urbanisasi yang Berhasil

Pandangan yang positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai usaha pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar administrasi kota. Selain itu kota dianggap sebagai “agen modernisasi dan perubahan”. Mereka melihat kota sebagai suatu tempat pemusatan modal, keahlian, daya kreasi dan segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan bagi pembangunan.

Tanggapan lain adalah bahwa kita tidak mungkin membayangkan bagaimana pertumbuhan dan keadaan Jakarta sekarang ini dan juga pusat-pusat industri di dunia lainnya bisa tercapai bila seandainya tidak ada urbanisasi

Kelompok tertentu berpendapat bahwa proses urbanisasi hanyalah suatu fenomena temporer yang tidak menghambat pembangunan. Dan menekankan bahwa kota merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan politik. Urbanisasi merupakan variable independen yang memajukan pembangunan ekonomi. Contoh lainnya: 


  • Mengurangi jumlah pengangguran di desa
  • Meningkatkan taraf hidup penduduk desa
  • Kesempatan membuka usaha-usaha baru di kota semakin luas
  • Perekonomian di kota semakin berkembang
  • Dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kota

Sumber
http://keripiku.blogspot.com/2010/11/pengertian-individu-keluarga-dan.html
http://rvanny.blogspot.com/2011/12/fungsi-keluarga-dalam-masyarakat.html
http://inakharina.wordpress.com/2012/05/30/bab-ipendahulua/
http://hyudaira.blogspot.com/2012/12/urbanisasi-berlebih-kota-semarang.html
http://fransiscasitumorang.blogspot.com/2011/05/pengaruh-urbanisasi-terhadap-lingkungan.html
http://edsharen17.blogspot.com/2013/08/dampak-positif-dan-dampak-negatif.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar