Selasa, 06 Januari 2015

MASYARAKAT KOTA DAN MASYARAKAT DESA

Pengertian Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa


1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.

4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu, kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya . Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi. Pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa. Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

Perbedaan Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa


Masyarakat Pedesaan

Masyarakat Pedesaan adalah  Masyarakat yang pada umum nya masih memegang nilai-nilai cultural kebudayaan dan adat-adat yang leluhur mereka ajarkan . Masyarakat pedesaan ini masih sulit berkembang karna tertutup nya oleh apa yang leluhur mereka ajarkan, sehingga susah menerima hal baru. Namun secara tata krama sangat kental sekali yang namanya gotongroyong maupun bahumembahu , jarang sekali masyarakat pedesaan yang dikenal kurang baik. Berikut ini merupakan ciri-ciri masyarakat pedesaan:

- Kehidupan masyarakat pedesaan masih memegang tinggi nilai keluhuran keagamaan dan kebudayaan
- Warga pedesaan sering sekali bergotong-royong ketimbang harus individualisme
- Masyarakat pedesaan masih berkutat dengan hal-hal yang lama dan cenderung susah untuk    menerima hal baru
- Fasilitas-fasilitas masih jarang terdapat di pedesaan
- Akses pedesaan yang terpencil susah untuk ditempuh

Masyarakat Perkotaan

Masyarakat Perkotaan adalah Masyarakat yang dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya . Masyarakat kota ini pada umum nya telah mengikuti dampak dari era globalisasi sehingga sering kali pada umum nya muncul lah suatu individualisme yakni kurang nya rasa sosialisasi dengan orang lain. Berikut ini merupakat ciri-ciri masyarakat perkotaan:
- Kehidupan agamanya berkurang karna biasanya hanya duniawi saja yang di kejar nya tanpa   mementingkan kelak akhirat nanti
- Biasanya banyak warga kota yang individualisme tanpa mementingkan orang lain
- Warga kota pada umumnya mendapatkan pekerjaan lebih banyak
- Perubahan-perubahan tampak nyata di kota karna sangat berpengaruh dari budaya luar
- Lebih sering terkena oleh dampak globalisasi

Warga Desa Saat Ini


Ada nya anggapan bahwa kehidupan pemuda desa saat ini sedang mengalami pergeseran nilai budaya, kelihatan nya menjadi sangat menarik untuk dicermati lebih lanjut. Gambaran pemuda desa yang lugu, nrimo, fatalis, bahkan terkesan kurang tertarik dengan perkembangan teknologi, rupa nya kini sudah berubah. Pemuda desa pun sudah banyak yang terkena "blue jeans" syndrom. Mereka terlihat sudah banyak yang bercengkrama dengan kemajuan teknologi. Bahkan di beberapa desa, kita pun akan dapat menyaksikan pemuda desa yang gaul dengan dunia internet. Mereka terlihat asyik dengan dunia maya. Berface-book ria. Bertwitter. Dan tidak sedikit pula yang sudah terlibat chatting.

Berubah nya pola dan budaya kehidupan pemuda desa, dari yang terkesan "tradisional" ke "modern", memang sudah sejak lama menjadi bahan pemcermatan kita bersama. Proses transformasi struktural yang selama ini terjadi, menyebabkan tercipta nya nilai-nilai baru yang tumbuh dalam kehidupan pemuda desa. Pemuda desa, yang hampir sekian dasa warsa "terstrukturkan" untuk menjadi generasi penerus kaum tani, dewasa ini sudah banyak yang mengambil alternatif lain. Banyak diantara mereka yang memilih menjadi buruh bangunan atau buruh pabrik atau bahkan menjadi tukang ojek, ketimbang harus menjadi petani di tengah sawah.

Pemuda desa, rupa nya ingin keluar dari mata pencaharian sektor pertanian. Di mata mereka pertanian bukan lagi mata pencaharian yang menjanjikan. Bukan saja sektor pertanian dinilai "bobolokot" (kotor), namun dihitung dari nilai tambah ekonomi yang diperoleh nya pun, benar-benar dibawah standar kelayakan. Menjadi petani, tidak lagi memberi rasa bangga. Petani bukanlah profesi yang akan mampu menciptakan kesejahteraan, baik bagi pribadi atau keluarga nya. Justru kalau kita boleh berterus-terang, yang nama nya petani adalah pilihan pekerjaan terakhir, sekira nya mereka tidak mendapat peluang bekerja di sektoe kehidupan yang lain.

Dalam beberapa minggu belakangan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) membuat sebuah kesimpulan bahwa jumlah pekerja di sektor pertanian mengalami penurunan. Data ini cukup mengejutkan. Data ini mengundang banyak tafsir. Disinilah kita boleh berdebat : kalau mereka tidak bekerja di sektor pertanian, lalu ke sektor mana mereka itu berpindah ? Jika di luar sektor pertanian, maka sektor-sektor apa saja yang paling banyak menampung limpahan tenaga kerja yang berasal dari sektor pertanian itu ? Benarkah mereka banyak yang masuk ke sektor in formal ? Atau kah ke sektor non formal ?

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan diatas, sungguh merupakan persoalan yang tidak mudah untuk dijawab. Apa yang menjadi pilihan dalam menetapkan bidang pekerjaan, sepenuh nya merupakan hak para pemuda desa. Kita tidak mungkin akan melakukan pemaksaan agar mereka tetap menjadi petani. Kita tidak berwenang untuk melarang pemuda desa mengadu nasib yang lebih baik di perkotaan. Sebagai warga bangsa yang berdaulat, mereka memiliki kebebasan untuk menentukan jalan hidup dan kehidupan nya sendiri. Petani boleh jadi merupakan profesi yang sangat mulia. Karena para petani inilah, maka orang-orang perkotaan dapat memenuhi kebutuhan pokok hidup nya. Namun begitu, tidak salah juga bila ada orang yang menyatakan bahwa petani merupakan mata pencaharian yang tidak memberi nilai tambah ekonomi yang maksimal.

Citra bahwa pemuda desa adalah pewaris kaum tani, kelihatan nya penting untuk disimpan pada proporsi yang sesungguh nya. Suasana yang tengah tercipta sekarang, memperlihatkan bahwa dalam kehidupan masyarakat desa, memang telah terjadi berbagai perubahan. Bagi pemuda desa, kini lebih banyak pilihan untuk menentukan nasib dan kehidupan nya. Mau jadi petani. Mau jadi buruh. Mau jadi pekerja musiman di kota. Atau mau jadi apa saja. Oleh karena nya, andai kita masih ingin menjadikan pemuda desa sebagai "tuan" di desa nya, maka salah satu tugas penting nya adalah sampai sejauh mana kita mampu membangun desa agar tumbuh bergairah dan penuh dengan dinamika kehidupan. Desa sudah saat nya dikemas dengan berbagai program yang tentu saja ujung-ujung nya mesti mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Penampilan desa di masa kini dan mendatang, memang harus berani tampil beda dari potret desa yang selama ini mengedepan dalam kehidupan sehari-hari. Ikon "desa peradaban", kelihatan nya perlu kita telaah bersama, karena siapa tahu saja, dibalik penajaman yang dilakukan, maka kita akan mampu menemukan sebuah format baru pengembangan perdesaan. Secara tidak langsung, tentu kita pun bakal mengenali lebih dalam bagaimana sesungguh nya nasib dan kehidupan pemuda desa nya sendiri. Hanya desa yang didukung oleh keberadaan para pemuda desa yang handal dan mumpuni lah, maka kita akan mampu mewujudkan "sosok desa" yang selama ini memang menjadi dambaan kita bersama. 






Sumber:
http://celoteh-galang.blogspot.com/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakat-perkotaan.html?m=1
https://anwarabdi.wordpress.com/2013/05/04/masyarakat-perkotaan-dan-masyarakat-pedesaan/
http://about-interesting.blogspot.com/2013/01/perbedaan-masyarakat-kota-dan-desa.html?m=1
https://id-id.facebook.com/notes/suara-rakyat/nasib-pemuda-desa-/10150194394250487




PELAPISAN SOSIAL

Pelapisan Sosial di Indonesia


Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di rt atau rw kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin.

Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain.

Pitirim A. Sorokin berkata bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya.

Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.

Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pelapisan Sosial


Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.

Ukuran kekayaan

Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.

Ukuran kekuasaan dan wewenang

Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

Ukuran ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

Contoh Pelapisan Sosial


1. Pada masyarakat kota aspek kehidupan pekerjaan, ekonomi, atau social politik lebih banyak system pelapisannya dibandingkan dengan di desa.

2. Pada masyarakat desa kesenjangan (gap) antara klas eksterm dalam piramida social tidak terlalu besar.

3. Pada masyarakat kota antara klas eksterm yang kaya dan miskin cukup besar. Di daerah pedesaan tingkatannya hanya kaya dan miskin saja.

4. Pada umumnya masyarakt pedesaan cenderung berada pada klas menengah menurut ukuran desa, sebab orang kaya dan orang miskin sering bergeser ke kota. Kepindahan orang miskin ini disebabkan tidak mempunyai tanah, mencari pekerjaan ke kota atau ikut transmigrasi. Apa yang dibutuhkan dan diinginkan dari golongan miskin ini sering desa tidak mampu mengatasinya.



Sumber :
http://pipitembem23.wordpress.com/2010/11/06/pelapisan-sosial/
http://iamyuqo.wordpress.com/2013/01/18/lapisan-sosial-dan-kesamaan-derajat-masyarakat/